Halaman

Rabu, 10 Agustus 2011

Ralat! Ralat!

Di postingan terdahulu kan saya pernah cerita soal saya yang dicurigai sama bidan Puskesmas, masih ingat? BUkaaaan....! Bukan dicurigai nyolong dompet si Ibu Bidan! Saya udah insyaf kok! Hihi :D
Yang itu loh....dicurigai mengalami eklamasi. Sudah ingat? Okeh. Jadi Ternyata waktu itu saya salah dengar (ato bidannya yang salah ngomong eah?hehe). Yang dimaksud Bu Bidan adalah EKLAMSI aka PRE-EKLAMSI. Yeah...kadang-kadang ibu hamil kan kupingnya emang rada bolot...hihi. Dengan ini kesalahan telah diperbaiki.
Dan soal eklamsi nya sendiri, berikut saya kutip penjelasan dari Mbak Yuni yang saya comot tanpa ijin dari internet (ampun ya mbak Yuni ya.....hehe)

Pre-eklamsi adalah keracunan kehamilan yg biasanya terjadi pada usia kehamilan 20 minggu sampai akhir minggu pertama setelah persalinan. Biasanya ditandai dengan tekanan darah yg meningkat/cenderung tinggi. Keracunan kehamilan merupakan salah satu penyebab kematian utama ibu hamil dan bayinya.
Hingga saat ini, penyebab pasti terjadinya keracunan kehamilan masih sering dipertanyakan. Ada yang menyebutkan keracunan kehamilan ini terkait dengan faktor imunologi. Tetapi hasil penelitian menunjukkan, ibu dengan bayi pertama atau dengan bayi besar termasuk kelompok yang beresiko.

Sekedar berbagi aja, gejala fisik yang aku alami waktu itu adalah pembengkakan pada kaki, pergelangan kaki dan tungkai serta diperjelas dg cek air seni di lab dan ditemukan adanya kandungan protein dalam air kemih (proteinuria). Menurut dokter kandunganku yg menjelaskan kondisiku ke suami waktu itu, pre-eklampsi berakibat fatal bagi si ibu & janin. Sehingga Dokter kandunganku waktu itu mengambil tindakan yg mengutamakan keselamatan ibu, tetapi mengingat usia kehamilanku sudah 33 minggu, dokter juga berusaha semaksimal mungkin untuk menyelamatkan janin.

Menurut beliau, sebenarnya kondisi janin dalam keadaan siap dilahirkan pada usia kehamilan 38 - 40 minggu, tetapi minimalnya menurut dokter adalah 36 minggu. Nah, sementara janinku baru berumur 33 minggu. Kebayang kan gimana sikon aku & suami? Kami hanya bisa berdoa & pasrah pada ALLAH SWT memohon padaNYA agar dokter kandungan kami bisa menangani & mengatasi kendala yg ada sehingga saya & baby bisa selamat.

Mengingat tekanan darahku terus naik-turun berkisar 160/110mm Hg - 180/130 mm Hg, dokterku langsung memutuskan untuk caesar. Setelah diberikan obat penurun tensi dsb, tindakan caesar dilakukan. Alhamdullillah,.........anak pertamaku (Mohammad Alif Naufal - skrg 8 th)lahir selamat (walaupun tetap di-inkubator u/make sure kondisinya) dengan BB 3,3 Kg dan PB 52cm.

Ternyata, pada kehamilanku 6 th selanjutnya kejadian berulang lagi. Walaupun awal kehamilan sampai dengan usia kehamilan 29 minggu tensiku fine-fine aja (110/90mm HG - 120/100mm Hg), begitu datang untuk konsultasi kehamilan (33 minggu, wkt itu) tiba2 aja tensiku nggak terkontrol. Pada saat datang trus ditensi, sudah menunjukkan 150/100mm Hg,diminta untuk istirahat 15 menit kmdn ditensi lagi bukannya menurun ....eh malah naik jadi 160/110mm Hg. Begitu di ruang dokter ditensi malah jadi 180/110mm Hg. Dokter menyarankan aku untuk relaks.......eh 10 kmdn ditensi lagi tetap 180/110mm Hg. Dokter menyarankan untuk rawat inap untuk observasi lebih lanjut. Tyt, keesokan harinya tetep aja naik turun antara 150 - 180/110mm Hg meskipun sudah diberikan obat penurun tensi. Tetapi hasil lab urine yg show proteinura, dokter mengambil langkah yg sama dengan dokter kandunganku yg pertama (berbeda dokter, red)

Padahal, jujur aku nggak mengalami pusing, atau gimana. Semua seperti biasa aja. Makanya aku juga bingung waktu dokter terus-menerus nanyain pusing nggak dsb.
Alhamdullillah, putraku ke-2 (Mohammad Abyan Alfi Fawwaz, skrg 2 th) lahir selamat dengan BB 3,7 & PB 52cm. Walaupun Alfi tidak lgsg menangis wkt dilahirkan(menimbulkan kecemasanku tersendiri), Alhamdullillah setelah dilakukan tindakan oleh Dokter anak selang 3 menit kemudian tangisannya membuat aku tersenyum lega. Kondisi Alfi yg perlu pematangan di paru2 & jantungnya membuat Alfi harus di- inkubator selama 14 hari, meskipun aku sudah bisa pulang setelah dirawat inap selama 3 hari saja di RS. Tensiku sendiri setelah melahirkan berangsur-angsur menurun dan normal seperti biasanya 110/90mm Hg.


That's it! Alhamdulillah saya ternyata ga mengalaminya. Mudah-mudahan saya dan janin saya senantiasa sehat wal'afiat. Amien.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar