Badai di Ujung Negeri, Aksi Serdadu di Antara Persahabatan dan Cinta
- SABTU, 01 OKTOBER 2011 05:52
- PANDITIO RAYENDRA
KETIKA hendak menonton Badai di Ujung Negeri, saya menduga film produksi Quanta Pictures ini berlatar perang berbumbu percintaan.
Asumsi ini muncul setelah saya melihat posternya. Ada Yama Carlos memegang senapan dan Arifin Putra mengenakan kaos berwarna hijau khas tentara. Selain 2 pria ini, poster juga memasang gambar Astrid Tiar. Saya menebak film ini bakal mirip-mirip Pearl Harbor.
Benarkah demikian? Ternyata tidak.
Badai Di Ujung Negeri dibuka dengan potret persahabatan antara Badai (Arifin Putra) dengan Joko (Yama Carlos) dan Nugie (Kukuh Adi Rizky), adik Carlos. Namun sebuah tragedi terjadi. Nugie tenggelam ketika menyelam. Joko merasa Badai tidak becus mengawasi Nugie, hingga menyebabkan adiknya meninggal. Persahabatan mereka putus.
Waktu berlalu. Badai kini telah menjadi seorang marinir yang ditugaskan di Kepulauan Riau. Kondisi di sana sedang tidak kondusif. Ditemukan seorang mayat perempuan yang mengambang di tepi sungai.
Belum reda keresahan warga atas pemunculan mayat perempuan ini, giliran bocah bernama Dika ditemukan tewas dengan cara nyaris sama. Untuk kasus ini, Badai ikut terlibat secara emosi karena ia mengenal Dika dan kedua orangtuanya. Apalagi ayah Dika terus memaksa Badai untuk bertindak sendiri tanpa harus menunggu instruksi dari pusat.
Di tengah rumitnya kondisi ini, Badai kembali bertemu Joko, yang kini juga bergabung dalam Angkatan Laut, yang datang ke kepulauan Riau bersama kapal KRI. Tak pelak, konflik masa lalu membayangi Badai-Joko dalam menyelidiki penyebab kematian penduduk.
Badai masih punya satu problema lagi. Anisa (Astrid Tiar), gadis yang dipacarinya, meminta kejelasan tentang kelanjutan hubungan mereka. Badai masih belum bisa mengambil keputusan, khawatir jika sewaktu-waktu dirinya akan ditugaskan ke tempat lain.
Konflik kian genting ketika seorang penjahat menyandera kapal tanker milik asing, dan menuntut pemerintah Indonesia menyediakan tebusan sebesar Rp 5 miliar.
***
Badai Di Ujung Negeri memadukan aksi dan drama dengan takaran pas. Meski nama Astrid Tiar terpampang di poster, namun kisah cinta Anisa dan Badai tidak mengganggu konflik utama. Selain menjual adegan laga, baik baku tembak mau pun baku hantam, Badai Di Ujung Negeri juga mengajak penonton sulitnya kehidupan sebagai seorang tentara.
Dikisahkan bagaimana penduduk daerah kecil di Kepulauan Riau ini menganggap pasukan Angkatan Laut justru menambah masalah. Bayangkan betapa beratnya Badai yang harus melaksanakan tanggung jawabnya menjaga keamanan, malah dianggap sebagai pembawa masalah.
Badai Di Ujung Negeri hadir dengan plot dan konflik yang menarik. Adegan-adegan aksi digarap dengan meyakinkan. Tak heran, mengingat TNI AL ikut mendukung pembuatan film ini. Bahkan pemain film ini sempat mendapat pelatihan militer dari TNI AL.
Mungkin yang mengganggu kenikmatan menonton adalah kapal yang digunakan terlihat sangat jadul. Mengingatkan saya pada film aksi produksi Indonesia-Amerika di era Cynthia Rothrock. Padahal kalau mendengar lagu "Cinta Satu Malam" yang dipakai sebagai salah satu backsound, menunjukkan film ini bersetting zaman sekarang.
Arifin Putra tampil cukup meyakinkan sebagai Badai. Kesan cover boy atau tipikal cowok manis yang kerap ia perankan di sinetron, tidak nampak. Astrid Tiar yang pertama kali bermain film layar lebar, juga tidak mengecewakan. Sayang karakter pemeran antagonis tak cukup menonjol. Tak cukup meyakinkan dalam menampilkan kejahatannya. (Tapi saya tak akan menyebutkan siapa karakter antagonis ini, demi mencegah spoiler).
Terlepas dari beberapa kekurangan, Badai Di Ujung Negeri sudah berusaha memberikan yang terbaik. Bukan tidak mungkin ke depannya akan makin banyak film aksi sejenis ini. Apalagi dengan hadirnya film The Raid yang mendapat apresiasi di Toronto International Film Festival. Namun semua itu balik lagi ke pendapatan film.
Kalau film aksi tidak mampu mendatangkan penonton, siap-siap saja menyaksikan film dengan genre yang itu-itu lagi.
(ray/ade)
Belum bisa komen secara pribadi soal film baru ini soalnya saya belum beli dvd bajakannya nonton filmnya. Tapi satu hal yang bisa saya katakan.....Vino G. Bastian mesti waspada! Saingan berat neh....hehe
perpaduan yang pas mantabz antara vino, indra brugman, dan edward cullen :D
Tidak ada komentar:
Posting Komentar